Fakta atau Asumsi: Sekolah Berkualitas untuk Kalangan Terbatas
![]() |
| Illustrasi boarding school |
Bukan sekadar naik biaya buku atau seragam, tapi mahal dalam arti sesungguhnya—mahal hingga terasa seperti hanya bisa dijangkau oleh mereka yang punya kelebihan ekonomi.
Fenomena ini paling jelas terlihat di boarding school, sekolah berasrama yang menjanjikan pembinaan karakter, pembelajaran intensif, pembiasaan ibadah, leadership training, hingga lingkungan belajar yang jauh dari distraksi gawai.
Di brosur, semua terlihat sempurna: guru-guru terbaik, fasilitas lengkap, kurikulum kaya pengalaman, hingga penguatan adab yang seolah tidak mungkin ditemukan di sekolah biasa.
Tapi Kang…
di balik semua keunggulan itu, ada satu kalimat yang pelan-pelan mulai menjadi pembatas:
“Biayanya berapa?”
Dan di situlah banyak orang tua terdiam.
Karena ketika angka biaya masuk ditulis dengan deretan nol yang panjang, kita seperti diingatkan bahwa cita-cita besar pendidikan tidak selalu untuk semua.
Tapi Kang…
di balik semua keunggulan itu, ada satu kalimat yang pelan-pelan mulai menjadi pembatas:
“Biayanya berapa?”
Dan di situlah banyak orang tua terdiam.
Karena ketika angka biaya masuk ditulis dengan deretan nol yang panjang, kita seperti diingatkan bahwa cita-cita besar pendidikan tidak selalu untuk semua.
Ada keluarga yang menjual tanah, meminjam sana-sini, atau mengambil cicilan hanya demi membuka pintu kesempatan bagi anaknya.
Ada juga keluarga yang harus menerima kenyataan bahwa impian mereka untuk menyekolahkan anak di tempat “terbaik” itu harus dikubur dalam-dalam.
Ironis, Kang…
ketika negeri besar yang katanya kaya sumber daya ini, justru membuat pendidikan bermutu terasa eksklusif—seperti barang mewah yang lebih mirip komoditas daripada hak asasi.
Padahal, boarding school bukan sekadar sekolah.
Ironis, Kang…
ketika negeri besar yang katanya kaya sumber daya ini, justru membuat pendidikan bermutu terasa eksklusif—seperti barang mewah yang lebih mirip komoditas daripada hak asasi.
Padahal, boarding school bukan sekadar sekolah.
Ia adalah lingkungan yang membentuk karakter 24 jam penuh.
Ia memberikan disiplin yang tidak bisa dibangun di rumah-rumah yang sibuk dan tercerai-berai oleh pekerjaan.
Ia memberi ketenangan bagi orang tua yang khawatir anaknya terseret arus pergaulan digital.
Ia menyediakan guru-guru yang bukan hanya mengajar, tapi mendampingi, mengawasi, membimbing, bahkan membesarkan.
Semua itu membutuhkan biaya besar—mulai dari makan harian, asrama, keamanan, pembinaan karakter, sampai fasilitas penunjang.
Semua itu membutuhkan biaya besar—mulai dari makan harian, asrama, keamanan, pembinaan karakter, sampai fasilitas penunjang.
Secara logika, wajar ia mahal.
Tapi secara nurani, ada yang terasa janggal ketika kualitas hanya bisa dibeli oleh yang mampu.
Lalu bagaimana nasib anak-anak yang cerdas tapi lahir di keluarga yang biasa-biasa saja?
Tapi secara nurani, ada yang terasa janggal ketika kualitas hanya bisa dibeli oleh yang mampu.
Lalu bagaimana nasib anak-anak yang cerdas tapi lahir di keluarga yang biasa-biasa saja?
Bagaimana masa depan bangsa jika pembinaan terbaik hanya dinikmati sebagian kecil generasi?
Dan bagaimana kita bisa berbicara tentang kesetaraan ketika titik mulai saja sudah tidak sama?
Pendidikan seharusnya menjadi jembatan, bukan pagar tinggi.
Pendidikan seharusnya menjadi jembatan, bukan pagar tinggi.
Seharusnya menjadi penyama peluang, bukan pembeda kasta.
Dan boarding school seharusnya menjadi contoh keunggulan, bukan simbol ketidakadilan.
Mungkin sudah saatnya negara hadir lebih kuat: bukan hanya lewat slogan “pendidikan untuk semua”,
Mungkin sudah saatnya negara hadir lebih kuat: bukan hanya lewat slogan “pendidikan untuk semua”,
tapi lewat kebijakan yang memastikan bahwa kesempatan berkualitas tidak harus mahal.
Lewat beasiswa berbasis kebutuhan, kolaborasi publik-swasta, atau penguatan sekolah negeri berasrama yang benar-benar terkelola dengan baik.
Karena di balik mahalnya pendidikan, ada harga yang jauh lebih besar jika kita diam:
masa depan generasi yang tidak merata kualitasnya.
Dan bangsa ini tidak akan pernah maju bila yang berkualitas hanya minoritas.

Posting Komentar untuk "Fakta atau Asumsi: Sekolah Berkualitas untuk Kalangan Terbatas"