Ajengan Marti, kitab-kitabnya Menembus Dunia



KH Endang Mihftah (Ajengan Marti)

Kadang, Kang, kita sibuk mencari sosok ulama besar di buku sejarah, seolah kehebatan itu hanya milik masa lalu. Seolah para ulama produktif cuma hidup ratusan tahun yang lewat, menulis kitab tebal, mengajar ribuan murid, lalu meninggalkan warisan ilmu yang tak habis dibaca zaman.

Padahal, kalau kita mau menengok sedikit lebih dekat, Indonesia punya “emas” yang selama ini tersimpan—bukan di museum, bukan di perpustakaan besar—tapi di rak-rak pesantren yang hidup, yang setiap hari dibuka para santri.

Dan salah satu emas itu bernama KH. Enjang Miftah bin Ma’mun al-Marti, atau yang masyhur dipanggil Ajengan Marti dari Cianjur.

Banyak orang keliru mengira beliau ulama era klasik. Padahal tidak.

Beliau hidup di tengah-tengah kita, wafat di tahun 2024.

Tetapi produktivitasnya? Masya Allah, jauh melampaui banyak orang yang hidup di zaman serba sibuk tapi serba instan ini.
Lebih dari 50 kitab beliau tulis.

Bukan satu dua. Bukan sekadar risalah tipis. Tapi karya-karya serius: nahwu, balaghah, mantik, ushul fiqh, hingga falak.

Dan yang membuat kita terdiam adalah ini:

karya-karyanya dipelajari bukan hanya di pesantren Jawa Barat, tapi juga di luar negeri oleh para pencari ilmu.

Di saat sebagian orang meremehkan produktivitas ulama zaman sekarang, Ajengan Marti menunjukkan dengan diam-diam bahwa kerja ikhlas itu tidak perlu panggung. Tidak perlu kamera. Tidak butuh tepuk tangan. Ia berjalan sendiri, tapi jejaknya ditinggalkan di banyak hati.

Beliau mendirikan Pondok Pesantren Daarul Fikar Al-Marti bersama ayahandanya sejak 1987.

Dan sejak itu, gaya ngajarnya dikenal sederhana tapi dalam.

Karyanya ringkas, tapi menancap.

Tidak bertele-tele, tapi sampai pada inti.

Makanya kitab-kitab beliau sering jadi rujukan para santri yang ingin memahami ilmu alat atau mendalami kitab klasik tanpa tenggelam dalam istilah yang membingungkan.

Agar Akang Teteh punya gambaran seberapa produktifnya beliau, inilah sebagian kecil karya Ajengan Marti yang masih dipelajari hingga hari ini:
Tashil al-Ushul– ringkasan ushul fiqh untuk pemula
Hasyiyah ‘ala Safinatun Najah – penjelasan tambahan dalam fikih ibadah
al-Miftah fi ‘Ilm al-Falak – kitab falak praktis untuk belajar hisab dan arah kiblat
al-Bayan al-Jali fi Musthalah Hadits – dasar-dasar ilmu hadis
Silsilah Syarh al-Ta’lim – adab penuntut ilmu ala Ajengan Marti
Majmu’ah Khutbah wa Mau’idz – kumpulan khutbah dan nasihat

Dan masih banyak lagi, Kang. Banyak sekali.

Lalu muncul pertanyaan yang mungkin terlintas di benak kita:

Benarkah ulama zaman sekarang tidak produktif?

Mungkin yang berkata begitu belum kenal Ajengan Marti—ulama yang karyanya terus hidup melintasi generasi, dibaca tanpa henti, diwarisi tanpa promosi.

Beliau memang sudah tiada, tapi cahaya ilmunya tidak pernah padam.

Sebagian orang meninggalkan harta,

sebagian lagi meninggalkan nama,

tapi ulama… meninggalkan ilmu yang terus berdetak.

Dan di antara kitab-kitab yang kini terbuka di depan para santri,

kita menemukan satu kenyataan yang menenangkan:

Indonesia tidak pernah kekurangan ulama hebat.

Kadang kita hanya kurang melihat.
Deni Kurnia
Deni Kurnia Seorang Pembelajar, tak Lebih

Posting Komentar untuk "Ajengan Marti, kitab-kitabnya Menembus Dunia"