Best Practice Penerapan Look, Listen, dan Link dalam Dukungan Psikologis Awal (DPA) di Sekolah
Kasus kekerasan di sekolah masih menjadi perhatian serius dalam dunia pendidikan. Kekerasan, baik fisik, verbal, maupun psikologis, dapat meninggalkan dampak mendalam bagi peserta didik. Untuk itu, sekolah perlu memiliki sistem penanganan yang tidak hanya cepat, tetapi juga berempati dan berbasis psikologis. Salah satu pendekatan yang terbukti efektif adalah penerapan prinsip Look, Listen, dan Link dalam Dukungan Psikologis Awal (DPA).
![]() |
| Tahapan DPA (Look, Listen, dan Link) |
1. Look: Mengamati dengan Empati dan Waspada
Langkah pertama dalam penerapan DPA adalah Look — yaitu kemampuan tenaga pendidik dan konselor untuk mengamati tanda-tanda kekerasan secara cermat. Pada tahap ini, guru dan tenaga kependidikan dilatih untuk peka terhadap perubahan perilaku siswa, seperti murung, menarik diri, menurunnya prestasi belajar, atau munculnya ketakutan tertentu di lingkungan sekolah.
Sebagai best practice, beberapa sekolah membentuk tim siaga psikologis yang rutin memantau interaksi siswa, terutama setelah kegiatan berisiko tinggi seperti orientasi, kompetisi, atau kegiatan ekstrakurikuler. Pengamatan dilakukan tanpa menghakimi, dengan tujuan mengenali gejala lebih awal agar intervensi dapat segera diberikan. Pendekatan ini membuat siswa merasa aman dan diperhatikan.
2. Listen: Mendengarkan dengan Hati dan Tanpa Menghakimi
Tahap kedua, Listen, adalah kunci utama dalam memberikan dukungan psikologis. Guru, wali kelas, maupun konselor perlu menyediakan ruang aman bagi siswa untuk bercerita. Siswa yang menjadi korban kekerasan sering kali enggan berbicara karena takut disalahkan atau tidak dipercaya. Di sinilah peran pendengar yang empatik dibutuhkan.
Dalam praktik terbaiknya, sekolah menyiapkan pojok konseling ramah anak di mana siswa bisa berbagi cerita secara privat. Guru dilatih menggunakan active listening skill — mendengarkan tanpa interupsi, menjaga kontak mata, serta memberikan tanggapan yang menenangkan. Kalimat seperti “Aku mendengarkan kamu” atau “Kamu tidak sendiri” menjadi bagian penting dalam memulihkan rasa aman siswa.
3. Link: Menghubungkan ke Layanan yang Tepat
Setelah proses observasi dan pendengaran, tahap berikutnya adalah Link — yaitu menghubungkan korban dengan sumber bantuan yang sesuai. DPA tidak berhenti pada empati; guru perlu memastikan siswa mendapatkan tindak lanjut yang profesional.
Best practice penerapan tahap ini adalah adanya mekanisme rujukan internal dan eksternal. Sekolah yang telah bekerja sama dengan psikolog, dinas pendidikan, dan lembaga perlindungan anak dapat dengan cepat menyalurkan siswa ke pihak berkompeten. Selain itu, sekolah juga melakukan follow up untuk memastikan korban menerima dukungan berkelanjutan dan lingkungan sekolah tetap kondusif.
Kesimpulan
Penerapan prinsip Look, Listen, dan Link dalam Dukungan Psikologis Awal (DPA) terbukti menjadi best practice dalam penanganan kekerasan di sekolah. Pendekatan ini bukan hanya menyembuhkan luka psikologis korban, tetapi juga membangun budaya sekolah yang aman, empatik, dan inklusif.
Dengan dukungan dari guru, konselor, dan seluruh warga sekolah, penerapan DPA berbasis 3L (Look, Listen, Link) dapat menjadi strategi nyata menuju Sekolah Ramah Anak dan Bebas Kekerasan, sebagaimana diharapkan oleh kebijakan pendidikan nasional.
Kata kunci: Dukungan Psikologis Awal, Look Listen Link, penanganan kekerasan di sekolah, best practice DPA, sekolah ramah anak, pencegahan kekerasan di sekolah.

Tulisan yang sangat bermanfaat.
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung
Hapus